Minggu 8 September 2013 "Future Family"
- Mengajak jemaat memahami bahwa pacaran menjadi awal dari membangun sebuah keluarga (karena penerimaan yang terjadi saat berpacaran tidaklah sama sepenuhnya saat menikah nanti)
- Memastikan bahwa dalam berpacaran, setiap pasangan membangun suatu nilai yang sesuai dengan kehendak-Nya (bukan sekedar pacaran)
Setiap orang yang
berpacaran pasti akan berujung pada pernikahan, pertanyaannya ialah “kenapa mau
menikah?”
Mengapa pembahasan
mengenai hal ini sebegitu pentingnya?
ð
Karena
dalam pernikahan selalu terdapat perbedaan yang “mengusik” zona nyaman pribadi
kita sekarang, oleh karena itu pernikahan disebut sebuah proses
ð
Karena
sebuah “excitement” seseorang saat awal pernikahan dapat menjadi biasa setelah
beberapa tahun menjalaninya
Kalau begitu
bagaimana kita mempersiapkan pacaran?
Karena konsep
pernikahan seperti itu, maka kita juga harus memandang pacaran sebagai sebuah
bagian dari pembentukan dan persiapan yang artinya :
ð
Pacaran
sebagai wadah pembelajaran bagi setiap pasangan untuk bersedia mengikuti proses
(mitra Allah dalam memperlihatkan value yang ditanamkan Tuhan pada kita, misi
kasih, kekudusan, kebenaran, dll)
ð
Pacaran
sebagai pembentukan karakter pribadi
Setelah itu,
bagaimana cara yang benar dalam memilih pacar?
1.
Bukan
hanya dilandasi rasa suka sama suka karena jika hanya ini landasannya maka
sangat lemah sekali pondasinya
2.
Jangan
karena alasan gengsi. Contoh : karena dia ganteng, apa salahnya aku pacari toh
teman-teman ku yang lain sudah punya pacar
Sebenarnya
pemilihan pacar itu melibatkan hal-hal berikut ini :
è
Introspeksi
diri (menyadari kesiapan meninggalkan zona nyaman untuk diproses, jika merasa
belum siap maka sebaiknya ditunda dulu)
è
Pengamatan
yang bersandar pada Tuhan => melihat aspek yang diperlukan dalam proses
pembentukan, yaitu hati yang mengasihi Tuhan, mau bergantung pada Tuhan, selalu
melibatkan Tuhan dalam hidup, kesediaan untuk menjalani proses pembentukan, dll
Maka tips untuk
kalian-kalian anak remaja adalah jangan hanya melihat sikap baiknya saja dan
jangan hanya melihatnya saat kondisi senang, tetapi perhatikan juga sikapnya
saat menagalmi kesulitan/pergumulan, perhatikan bagaimana sikapnya, perhatikan
apakah ia adalah seorang yang mau dan siap menjalani proses dengan tetap
bersandar pada Tuhan atau tidak.
Bagaimana jika
kalian mengabaikan semua hal-hal yang telah dibahas diatas?
ð
Pernikahan
dapat berlandaskan untung-untungan. Contoh : “ya ga tau orang ini bagaimana,
bagaimana kedepannya, ya semoga saja hoki bisa bertahan sampai tua”
ð
Perceraian.
Hal ini disebabkan karena tidak adanya hati yang mau diproses sehingga menyerah
dan akhirnya memilih jalan ini, ingatlah bahwa pernikahan bisa memberikan
dampak buruk kepada anak bahkan kepada pandangan orang lain mengenai diri kita
sendiri
ð
Jika tidak
cocok tetapi memutuskan untuk tetap menjalani pernikahan tersebut maka ada
kemungkinan salah 1 nya atau bahkan keduanya mengalami tekanan batin yang
berkepanjangan
ð
Pertikaian
yang tiada habisnya dan mengakibatkan timbulnya rasa frustasi, kurangnya
konsentrasi dalam hidup, mengorbankan anak, adanya tindakan dosa lainnya
(perselingkuhan, penganiayaan, pembunuhan, dll)
ð
Tidak
memiliki manfaat spiritual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar